1.
PENGERTIAN
JINAYAH.
Jinayah
berarti perbuatan salah atau jahat,jinayah adalah mashdar dari kata kerja jana
yang mengandung arti suatu kerja yang diperuntukkan bagi satuan laki-laki yang
telah berbuat dosa atau salah.
Hukum Pidana Islam sering disebut
dalam fiqh dengan istilah jinayat atau jarimah. Jinayat dalam istilah hukum
sering disebut dengan delik atau tindak pidana. Jinahah merupakan bentuk verbal
noun (mashdar) dari kata jana. Secara etimologi jana berarti berbuat dosa atau
salah, sedangkan jinayah diartikan perbuatan dosa atau perbuatan salah. Secara
terminologi kata jinayat mempunyai beberapa pengertian, seperti yang
diungkapkan oleh Abd al Qodir Awdah bahwa jinayat adalah perbuatan yang
dilarang oleh syara' baik perbuatan itu mengenai jiwa, harta benda, atau
lainnya.
Menurut A. Jazuli, pada dasarnya pengertian dari istilah Jinayah mengacu kepada hasil perbuatan seseorang. Biasanya pengertian tersebut terbatas pada perbuatan yang dilarang. Di kalangan fuqoha', perkataan Jinayat berarti perbuatan perbuatan yang dilarang oleh syara'. Meskipun demikian, pada umunya fuqoha' menggunakan istilah tersebut hanya untuk perbuatan perbuatan yang terlarang menurut syara'. Meskipun demikian, pada umumnya fuqoha' menggunakan istilah tersebut hanya untuk perbuatan perbuatan yang mengancam keselamatan jiwa, seperti pemukulan, pembunuhan dan sebagainya. Selain itu, terdapat fuqoha' yang membatasi istilah Jinayat kepada perbuatan perbuatan yang diancam dengan hukuman hudud dan qishash, tidak temasuk perbuatan yang diancam dengan ta'zir. Istilah lain yang sepadan dengan istilah jinayat adalah jarimah, yaitu larangan larangan syara' yang diancam Allah dengan hukuman had atau ta'zir.
Sebagian fuqoha menggunakan kata jinayat untuk perbuatan yang yang berkaitan dengan jiwa atau anggota badan, seperti membunuh, melukai dan lain sebagainya. Dengan demikian istilah fiqh jinayat sama dengan hukum pidana. Haliman dalam disertasinya menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan hukum pidana dalam syari'at Islam adalah ketentuan-ketentuan hukum syara' yang melarang untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu, dan pelanggaran terhadap ketentuan hukum tersebut dikenakan hukuman berupa penderitaan badan atau harta.
Jarimah Qishosh Diyat. Yaitu perbuatan yang diancam dengan hukuman qishosh dan diyat. Baik qishosh maupun diyat merupakan hukuman yang telah ditentukan batasannya, tidak ada batas terendah dan tertinggi tetapi menjadi hak perorangan (si korban dan walinya), ini berbeda dengan hukuman had yang menjadi hak Allah semata.
Menurut A. Jazuli, pada dasarnya pengertian dari istilah Jinayah mengacu kepada hasil perbuatan seseorang. Biasanya pengertian tersebut terbatas pada perbuatan yang dilarang. Di kalangan fuqoha', perkataan Jinayat berarti perbuatan perbuatan yang dilarang oleh syara'. Meskipun demikian, pada umunya fuqoha' menggunakan istilah tersebut hanya untuk perbuatan perbuatan yang terlarang menurut syara'. Meskipun demikian, pada umumnya fuqoha' menggunakan istilah tersebut hanya untuk perbuatan perbuatan yang mengancam keselamatan jiwa, seperti pemukulan, pembunuhan dan sebagainya. Selain itu, terdapat fuqoha' yang membatasi istilah Jinayat kepada perbuatan perbuatan yang diancam dengan hukuman hudud dan qishash, tidak temasuk perbuatan yang diancam dengan ta'zir. Istilah lain yang sepadan dengan istilah jinayat adalah jarimah, yaitu larangan larangan syara' yang diancam Allah dengan hukuman had atau ta'zir.
Sebagian fuqoha menggunakan kata jinayat untuk perbuatan yang yang berkaitan dengan jiwa atau anggota badan, seperti membunuh, melukai dan lain sebagainya. Dengan demikian istilah fiqh jinayat sama dengan hukum pidana. Haliman dalam disertasinya menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan hukum pidana dalam syari'at Islam adalah ketentuan-ketentuan hukum syara' yang melarang untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu, dan pelanggaran terhadap ketentuan hukum tersebut dikenakan hukuman berupa penderitaan badan atau harta.
Jarimah Qishosh Diyat. Yaitu perbuatan yang diancam dengan hukuman qishosh dan diyat. Baik qishosh maupun diyat merupakan hukuman yang telah ditentukan batasannya, tidak ada batas terendah dan tertinggi tetapi menjadi hak perorangan (si korban dan walinya), ini berbeda dengan hukuman had yang menjadi hak Allah semata.
Penerapan hukuman qishosh diyat ada
beberapa kemungkinan, seperti hukuman qishosh bisa berubah menjadi hukuman
diyat, hukuman diyat apabila dimaafkan akan menjadi hapus. Yang termasuk dalam
kategori jarimah qishosh diyat antara lain pembunuhan sengaja pembunuhan semi
sengaja pembunuhan keliru penganiayaan sengaja dan penganiayaan salah.
Yaitu perbuatan yang diancam dengan hukuman
qishosh dan diyat. Baik qishosh maupun diyat merupakan hukuman yang telah
ditentukan batasannya, tidak ada batas terendah dan tertinggi tetapi menjadi
hak perorangan (si korban dan walinya), ini berbeda dengan hukuman had yang
menjadi hak Allah semata. Penerapan
hukuman qishosh diyat ada beberapa kemungkinan, seperti hukuman qishosh bisa
berubah menjadi hukuman diyat, hukuman diyat apabila dimaafkan akan menjadi
hapus. Yang termasuk dalam kategori jarimah qishosh diyat antara lain
pembunuhan sengaja pembunuhan semi sengaja pembunuhan keliru penganiayaan
sengaja dan penganiayaan salah.
Diantara jarimah-jarimah qishosh diyat yang paling berat adalah hukuman bagi pelaku tindak pidana pembunuhan sengaja karena hukuman baginya adalah dibunuh. Pada dasarnya seseorang haram menghilangkan orang lain tanpa alasan syar'i bahkan Allah mengatakan tidak ada dosa yang lebih besar lagi setelah kekafiran selain pembunuhan terhadap orang mukmin. "Dan barang siapa membunuh orang mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah jahannam, ia kekal di dalamnya dana Allah murka kepadanya, mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya." (an nisa': 93). Rosulullah SAW juga bersabda, " Sesuatu yang pertama diadili di antara manusia di hari kiamat adalah masalah darah.
Dalam Islam pemberlakuan hukuman mati terhadap pelaku pembunuhan sengaja tidak bersifat mutlak, karena jika dimaafkan oleh keluarga korban dia hanya diberi hukuman untuk membayar diyat yaitu denda senilai 100 onta. Di dalam Hukum Pidana Islam, diyat merupakan hukuman pengganti dari hukuman mati yang merupakan hukuman asli dengan syarat adanya pemberian maaf dari keluarganya.
Jarimah Ta'zir jenis sanksinya secara penuh ada pada wewenang penguasa demi terealiasinya kemaslahatan umat. Dalam hal ini unsur akhlak menjadi pertimbangan paling utama. Misalnya pelanggaran terhadap lingkungan hidup, lalu lintas, dan pelanggaran-pelanggaran lalu lintas lainnya. Dalam penetapan jarimah ta'zir prinsip utama yang mejadi acuan penguasa adalah menjaga kepentingan umum dan melindungi setiap anggota masyarakat dari kemadhorotan (bahaya). Disamping itu, penegakan jarimah ta'zir harus sesuai dengan prinsip syar'i (nas).Jenis sanksinya secara penuh ada pada wewenang penguasa demi terealiasinya kemaslahatan umat. Dalam hal ini unsur akhlak menjadi pertimbangan paling utama. Misalnya pelanggaran terhadap lingkungan hidup, lalu lintas, dan pelanggaran-pelanggaran lalu lintas lainnya.
Diantara jarimah-jarimah qishosh diyat yang paling berat adalah hukuman bagi pelaku tindak pidana pembunuhan sengaja karena hukuman baginya adalah dibunuh. Pada dasarnya seseorang haram menghilangkan orang lain tanpa alasan syar'i bahkan Allah mengatakan tidak ada dosa yang lebih besar lagi setelah kekafiran selain pembunuhan terhadap orang mukmin. "Dan barang siapa membunuh orang mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah jahannam, ia kekal di dalamnya dana Allah murka kepadanya, mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya." (an nisa': 93). Rosulullah SAW juga bersabda, " Sesuatu yang pertama diadili di antara manusia di hari kiamat adalah masalah darah.
Dalam Islam pemberlakuan hukuman mati terhadap pelaku pembunuhan sengaja tidak bersifat mutlak, karena jika dimaafkan oleh keluarga korban dia hanya diberi hukuman untuk membayar diyat yaitu denda senilai 100 onta. Di dalam Hukum Pidana Islam, diyat merupakan hukuman pengganti dari hukuman mati yang merupakan hukuman asli dengan syarat adanya pemberian maaf dari keluarganya.
Jarimah Ta'zir jenis sanksinya secara penuh ada pada wewenang penguasa demi terealiasinya kemaslahatan umat. Dalam hal ini unsur akhlak menjadi pertimbangan paling utama. Misalnya pelanggaran terhadap lingkungan hidup, lalu lintas, dan pelanggaran-pelanggaran lalu lintas lainnya. Dalam penetapan jarimah ta'zir prinsip utama yang mejadi acuan penguasa adalah menjaga kepentingan umum dan melindungi setiap anggota masyarakat dari kemadhorotan (bahaya). Disamping itu, penegakan jarimah ta'zir harus sesuai dengan prinsip syar'i (nas).Jenis sanksinya secara penuh ada pada wewenang penguasa demi terealiasinya kemaslahatan umat. Dalam hal ini unsur akhlak menjadi pertimbangan paling utama. Misalnya pelanggaran terhadap lingkungan hidup, lalu lintas, dan pelanggaran-pelanggaran lalu lintas lainnya.
Jinayah
menurut bahasa merupakan nama bagi suatu perbuatan jelek seseorang.adapun
menurut istilah adalah nama bagi suatu perbuatan yang diharamkan syara’ baik
perbuatan tersebut mengenai jiwa,harta
benda,manupun selain jiwa dan harta
benda.
Jadi,pengertian
jinayah adalah semua perbuatan yang diharamkan.perbuatan yang diharamkan ialah
tindakan yang dilarang atau dicegah oleh syara’ apabila dilakukan perbuatan
tersebut mempunyai konsekuensi membahayakan agama,jiwa,akal,kehormatan,dan
harta benda.
QIYAS
Qiyas menurut bahasa arab berarti
menyamakan,membandingkan atau mengukur,seperti menyamakan si A dan si B,karena
kedua orang itu mempunyai tinggi yang sama,bentuk tubuh yang sama,wajah yang
sama dan sebagainya,qiyas juga berarti mengukur tanah dengan meter atau alat
pengukur yang lain.demikian pula membandingkan sesuatu dengan yang lain dengan
mencari persamaan-persamaannya.
Suatu qiyas hanya dilakukan apabila telah
diyakini bahwa benar-benar tidak ada satupun nash yang dapat dijadikan dasar
untuk menetapkan hukum suatu peristiwa atau kejadian.karena itu tugas pertama
yang harus dilakukan oleh seorang yang akan melakukan qiyas,ialah
mencari:apakah ada nash yang dapat dijadikan dasar untuk menetapkan hukum dari
peristiewa atau kejadian.jika telah diyakini benar tidak ada nash yang dimaksut
barulah dilakukan qiyas.
Dibawah
ini contoh qiyas hukum syara’ dan hukum positif yang dapat menjelaskan defenisi
tersebut:
1. Meminum
khamar adalah kasus yang ditetap hukumnya oleh nash,yaitu pengharaman yang
ditunjuki oleh firman allah dalam q.s.al maidah ayat 90.
2. Pembunuhan,yang
dilakukan oleh ahli waris terhadap orang ang mewariskan,adalah kejadian yang
telah ditetapkan hukumnya oleh nash,yang dicgahnya pembunuh dari memperoleh
harta pusaka,yang ditunjuki oleh sabda rasulullah SAW:yang artinya
Orang
yang membunuh tidak memperoleh bagian harta pusaka.
3. Jual
beli pada waktu datangnya seruan adzan untuk shalat jum’at adalah kejadian yang
ditetapkan hukumnya beerdsarkan nash,yaitu makruh,yang ditunjuki oleh firman
allah dalam q.s. al jum’at:9
4. Kertas
yang dibubuhi dengan tanda tangan diatasnya adalah kejadian yang hukumya adalah
kejadian yang hukumnya telah ditetapkan berdasarkan nash, yaitu bahwa ia
menjadi hujjah atas pemberi tanda tangan,yang didasarkan dalil berupa:teks
undang-undang keperdataan,karena suatu illat:yaitu bahwasanya pembubuhan tanda
tangan oleh sipenanda tangan menunjukkan atas dirinya.sedangkan kertas yang
dicap dengan jari juga padanya ditemukan ilat ini,maka ia diqiyaskan dengan
kertas yang ditanda tangani mengenai hukumnya,dan ia menjadikan bukti atas
pemberi cap jari itu.
5. Pencurian
yang dilakukan antara orang tua dan anak-anak nya,dan antara suami dan istri tidak boleh dijadikan
tuntutan
Rukun-rukun
qiyas.
Sestiap
qiyas terdiri dari empat rukun, yaitu:
1. Al ashlu,yaitu :sesuatu
yang ada nash hukumnya,ia dasebut juga maqis ‘alaihi (yang diqiyaskan
kepadanya), mahmul ‘alaihi (yang
dijadikan pertanggungan) dan musyabah bih
(yang diserupakan dengannya).
2. Al far’u, yaitu
sesuatu yang tidak ada nash hukumnya.ia juga disebut:al maqis(yang diqiyaskan), al-mahmul
(yang dipertanggungkan),dan al
musyabbah (yang diserupakan).
3. Hukum
al ashlu yaitu: hukum syara’ yang ada nashnya pada al ashlu (pokok)nya,dan ia
dimaksudkan untuk menjadi hukum pada al far’u (cabangnya).
4. Al ‘illat yaitu
suatu sifat yang dijadikan dasar untuk
membentuk hukum pokok, dan berdasarkan adanya keberadaan sifat itu pada cabang
(far’), maka ia akan disamakan dengan pokoknya dari segi hukumnya.
DIYAT
1. Pengertian Diyat
Diyat ialah denda pengganti jiwa yang tidak berlaku atau tidak dilakukan padanya hukuman bunuh. Diyat yaitu perbuatan yang diancam dengan hukuman qishas dan diyat.baik qishas maupun diyat merupakan hukuman yang telah ditentukan batasannya,tidak ada batas terendah dan tertinggi tetapi menjadi hak perorangan (sikorban dan walinya
)ini berbeda hukuman had yang menjadi hak allah semata.penerapan hukuman qishas diyat ada beberapa kemungkinan ,seperti hukuman qishas bisa menjadi hukuman diyat,hukuman diyat apabila dimaafkan akan menjadi hapus.
a. Bila wali atau ahli waris terbunuh memaafkan yang membunuh dari pembalasan jiwa.
b. Pembunuh yang tidak sengaja
c. Pembunuh yang tidak ada unsur membunuh.
1. Pengertian Diyat
Diyat ialah denda pengganti jiwa yang tidak berlaku atau tidak dilakukan padanya hukuman bunuh. Diyat yaitu perbuatan yang diancam dengan hukuman qishas dan diyat.baik qishas maupun diyat merupakan hukuman yang telah ditentukan batasannya,tidak ada batas terendah dan tertinggi tetapi menjadi hak perorangan (sikorban dan walinya
)ini berbeda hukuman had yang menjadi hak allah semata.penerapan hukuman qishas diyat ada beberapa kemungkinan ,seperti hukuman qishas bisa menjadi hukuman diyat,hukuman diyat apabila dimaafkan akan menjadi hapus.
a. Bila wali atau ahli waris terbunuh memaafkan yang membunuh dari pembalasan jiwa.
b. Pembunuh yang tidak sengaja
c. Pembunuh yang tidak ada unsur membunuh.
2.
Macam-macam diyat
Diyat ada dua macam :
a. Diyat Mughalazhah, yakni denda berat
Diyat Mughalazhah ialah denda yang diwajibkan atas pembunuhan sengaja jika ahli waris memaafkan dari pembalasan jiwa serta denda aas pembunuhan tidak sengaja dan denda atas pembunuhan yang tidak ada unsur-unsur membunuh yang dilakukan dibulan haram, ditempat haram serta pembunuhan atas diri seseorang yang masih ada hubungan kekeluargaan. Ada pun jumlah diat mughallazhah ialah : 100 ekor unta terdiri 30 ekor unta berumur 3 tahun, 30 ekor unta berumur 4 tahun serta 40 ekor unta berumur 5 tahun (yang sedang hamil).
Diyat Mughallazah ialah :
· Pembunuhan sengaja yaitu ahli waris memaafkan dari pembalasan jiwa.
· Pembunuhan tidak sengaja / serupa
· Pembunuhan di bulan haram yaitu bulan Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab.
· Pembunuhan di kota haram atau Mekkah.
· Pembunuhan orang yang masih mempunyai hubungan kekeluargaanseperti Muhrim,
Diyat ada dua macam :
a. Diyat Mughalazhah, yakni denda berat
Diyat Mughalazhah ialah denda yang diwajibkan atas pembunuhan sengaja jika ahli waris memaafkan dari pembalasan jiwa serta denda aas pembunuhan tidak sengaja dan denda atas pembunuhan yang tidak ada unsur-unsur membunuh yang dilakukan dibulan haram, ditempat haram serta pembunuhan atas diri seseorang yang masih ada hubungan kekeluargaan. Ada pun jumlah diat mughallazhah ialah : 100 ekor unta terdiri 30 ekor unta berumur 3 tahun, 30 ekor unta berumur 4 tahun serta 40 ekor unta berumur 5 tahun (yang sedang hamil).
Diyat Mughallazah ialah :
· Pembunuhan sengaja yaitu ahli waris memaafkan dari pembalasan jiwa.
· Pembunuhan tidak sengaja / serupa
· Pembunuhan di bulan haram yaitu bulan Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab.
· Pembunuhan di kota haram atau Mekkah.
· Pembunuhan orang yang masih mempunyai hubungan kekeluargaanseperti Muhrim,
Radhâ’ah atau Mushaharah.
· Pembunuhan tersalah dengan tongkat, cambuk dsb.
· Pembunuhan tersalah dengan tongkat, cambuk dsb.
Pemotongan atau membuat cacat angota badan tertentu.
b. Diyat
Mukhaffafah, yakni denda ringan.
Diyat Mukhaffafah diwajibkan atas pembunuhan tersalah. Jumlah dendanya 100 ekor unta terdiri dari 20 ekor unta beurumur 3 tahun, 20 ekor unta berumur 4 tahun, 20 ekor unta betina berumur 2 tahun, 20 ekor unta jantan berumur 2 tahun dan 20 ekor unta betina umur 1 tahun.
Diyat Mukhoffafah dapat pula diganti uang atau lainya seharga unta tersebut. Diat Mukhoffafah adalah sebagai berikut :
· Pembunuhan yang tersalah.
· Pembunuhan karena kesalahan obat bagi dokter.
· Pemotongan atau membuat cacat serta melukai anggota badan.
3. Ketentuan-ketentuan lain mengenai diat :
a. Masa pembayaran diyat, bagi pembunuhan sengaja dibayar tunai waktu itu juga. Sedangkan pembunuhan tidak sengaja atau karena tersalah dibayar selama 3 tahun dan tiap tahun sepertiga.
b. Diyat wanita separo laki-laki.
c. Diyat kafir dhimmi dan muâ’hid separo diat muslimin.
d. Diyat Yahudi dan Nasrani sepertiga diat oran g Islam.
e. Diyat hamba separo diat oran g merdeka.
f. Diyat janin, sepersepuluh diat ibunya, 5 ekor unta.
4. Diyat anggota badan :
Pemotongan, menghilangkan fungsi, membuat cacad atau melukai anggota badan dikenakan diyat berikut :
Pertama : Diyat 100 (seratus) ekor unta. Diat ini untuk anggota badan berikut :
a. Bagi anggota badan yang berpasangan (kiri dan kanan) jika keduan-duanya potong atau rusak, yaitu kedua mata, kedua telinga, kedua tangan, kedua kaki, kedua bibir (atas bawah) dan kedua belah buah zakar.
b. Bagi anggota badan yang tunggal, seperti : hidung, lidah, dll..
c. Bagi tulang sulbi ( tulang tempat keluar air mani laki-laki)
Kedua : Diyat 50 ekor unta. Diyat ini untuk anggota badan yang berpasangan, jika salah satu dari keduanya ( kanan dan kiri) terpotong.
Ketiga : Diat 33 ekor unta ( sepertiga dari diatyang sempurna).
Diyat Mukhaffafah diwajibkan atas pembunuhan tersalah. Jumlah dendanya 100 ekor unta terdiri dari 20 ekor unta beurumur 3 tahun, 20 ekor unta berumur 4 tahun, 20 ekor unta betina berumur 2 tahun, 20 ekor unta jantan berumur 2 tahun dan 20 ekor unta betina umur 1 tahun.
Diyat Mukhoffafah dapat pula diganti uang atau lainya seharga unta tersebut. Diat Mukhoffafah adalah sebagai berikut :
· Pembunuhan yang tersalah.
· Pembunuhan karena kesalahan obat bagi dokter.
· Pemotongan atau membuat cacat serta melukai anggota badan.
3. Ketentuan-ketentuan lain mengenai diat :
a. Masa pembayaran diyat, bagi pembunuhan sengaja dibayar tunai waktu itu juga. Sedangkan pembunuhan tidak sengaja atau karena tersalah dibayar selama 3 tahun dan tiap tahun sepertiga.
b. Diyat wanita separo laki-laki.
c. Diyat kafir dhimmi dan muâ’hid separo diat muslimin.
d. Diyat Yahudi dan Nasrani sepertiga diat oran g Islam.
e. Diyat hamba separo diat oran g merdeka.
f. Diyat janin, sepersepuluh diat ibunya, 5 ekor unta.
4. Diyat anggota badan :
Pemotongan, menghilangkan fungsi, membuat cacad atau melukai anggota badan dikenakan diyat berikut :
Pertama : Diyat 100 (seratus) ekor unta. Diat ini untuk anggota badan berikut :
a. Bagi anggota badan yang berpasangan (kiri dan kanan) jika keduan-duanya potong atau rusak, yaitu kedua mata, kedua telinga, kedua tangan, kedua kaki, kedua bibir (atas bawah) dan kedua belah buah zakar.
b. Bagi anggota badan yang tunggal, seperti : hidung, lidah, dll..
c. Bagi tulang sulbi ( tulang tempat keluar air mani laki-laki)
Kedua : Diyat 50 ekor unta. Diyat ini untuk anggota badan yang berpasangan, jika salah satu dari keduanya ( kanan dan kiri) terpotong.
Ketiga : Diat 33 ekor unta ( sepertiga dari diatyang sempurna).
Diyat ini
terhadap :
a. Luka kepala sampai otak
b. Luka badan sampai perut
c. Sebelah tangan yang sakit kusta
d. Gigi-gigi yang hitam
Gigi satu bernilai 5 ekor unta. Kalau seseorang meruntuhkan satu gigi orang lain harus membayar dengan 5 ekor unta. Kalau meruntuhkan 2, harus membayar 10 ekor. Bagaimana kalau seseorang meruntuhkan semua gigiorang lain, apakah harus membayar 5 ekor unta kali jumlah gigi tersebut ? Ulama berbeda pendapat. Sebagian berpendapat : cukup membayar diyat 60 ekor unta (dewasa). Ulama lain berpendapat harus membayar 5 ekor unta kali jumlah gigi.
a. Luka kepala sampai otak
b. Luka badan sampai perut
c. Sebelah tangan yang sakit kusta
d. Gigi-gigi yang hitam
Gigi satu bernilai 5 ekor unta. Kalau seseorang meruntuhkan satu gigi orang lain harus membayar dengan 5 ekor unta. Kalau meruntuhkan 2, harus membayar 10 ekor. Bagaimana kalau seseorang meruntuhkan semua gigiorang lain, apakah harus membayar 5 ekor unta kali jumlah gigi tersebut ? Ulama berbeda pendapat. Sebagian berpendapat : cukup membayar diyat 60 ekor unta (dewasa). Ulama lain berpendapat harus membayar 5 ekor unta kali jumlah gigi.
HUDUD
Hudud adalah
bentuk jama’ dari kata had yang asal artinya sesuatu yang \membatasi di antara
dua benda. Menurut bahasa, kata had berarti al-man’u(cegahan). Adapunmenurut
syar’i, hudud adalah hukuman-hukuman kejahatan yang telah ditetapkan oleh
syara’ untuk mencegah dari terjerumusnya seseorang kepada kejahatan yang sama.
hudud adalah jarimah (perbuatan pidana) yang bentuk perbuatan dan sanksinya
telah ditentukan dalam nash (al-Qur’an dan as-Sunnah), dan jarimah ini menjadi
hak Allah. Hakim dalam menentukan hukuman tidak memiliki kebebasan, dan tugas
hakim hanya membuktikan apakah perbuatan jarimah itu memenuhi unsur-unsurnya,
baik unsur umum dan unsur khusus. Macam-macam jarimah hudud adalah jarimah
zina, qadzaf, sirqah, syurbah hirobah, riddah dan bughoh. Hukuman hudud itu
akan gugur apabila dalam perbuatan itu terdapat syubhat baik subhat menurut
obyeknya, syubhat menurut subyeknya, dan syubhat menurut hukum.
Hudud Sebagai Kifarah
Dari Ubadah
bin Shamit r.a, ia bertutur: Kami pernah berada di dekat Nabi saw dalam salah
satu majelis, Beliau bersabda, “Berjanji setialah kamu kepadaku, bahwa kamu
tidak akan mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, tidak akan mencuri dan
tidak (pula) akan berzina.” Kemudian Beliau membaca seluruh ayat ini. Lanjut
Beliau, “Maka barangsiapa di antara kamu yang menepati janjinya, niscaya Allah
akan memberikannya pahala. Tetapi siapa saja yang melanggar sesuatu darinya,
lalu diberi hukuman maka hukuman itu adalah sebagai kafarah (penghapus
dosanya), dan barangsiapa yang melanggar sesuatu darinya lalu ditutupi olah
Allah kesalahannya (tidak dihukum), maka terserah kepada Allah; Kalau Dia
menghendaki diampuni-Nya kesalahan orang itu dan kalau Dia menghendaki
disiksa-Nya.
Pihak yang
berwenang melaksanakan hudud
Tak ada yang
berwenang menegakkan hudud, kecuali imam, kepala negara, atau wakilnya (aparat
pemerintah yang mendapat tugas darinya). Sebab, di masa nabi saw, Beliaulah
yang melaksanakannya, demikian pula para Khalifahnya sepeninggal Beliau.
Rasulullah saw pernah juga mengutus Unais r.a untuk melaksanakan hukum rajam,
sebagaimana dalam sabdanya saw:
“Wahai Unais, berangkatlah menemui isteri orang itu, jika ia mengaku (berzina), maka rajamlah!” (Hadis ini akan dimuat kembali dalam kisah yang akan segera dikemukakan)
Seorang tuan boleh melaksanakan hukuman atas hamba sahayanya.
“Wahai Unais, berangkatlah menemui isteri orang itu, jika ia mengaku (berzina), maka rajamlah!” (Hadis ini akan dimuat kembali dalam kisah yang akan segera dikemukakan)
Seorang tuan boleh melaksanakan hukuman atas hamba sahayanya.
Pengertian
ta’zir
Adalah
suatu jarimah yang diancam dengan hukuman ta’zir(selain had dan
qishas)pelaksanaan hukuman ta’zir baik yang jenis larangannya ditentukan oleh
nash atau tidak,baik perbuatan itu menyangkut tentang hak allah atau hak
perorangan,hukumnya diserahkan kepada yang penguasa.
Hukuman-hukuman
ta’zir banyak jumlahnya yang dimulai dari hukuman paling ringan sampai hukuman
yang terberat.
1. Hukuman
mati
2. Hukuman
jilid
3. Hukuman
kawalan(penjara kurungan)
4. Hukuman
salib
5. Hukuman
pengecualian (alhajru)
6. Hukuman
denda (tahdid)